Assalamualaikum. Nggak kerasa udah
hampir 2 tahun nggak nulis di blog. Lagi konsen pengen bikin buku soalnya, buku
nikah (duuuaarrr) ahahahaa. Alasannya sebenernya simple sih, waktu itu
terbersit dalam hati “nulis kayak gini ada yang baca nggak sih? Jangan-jangan
viewer ada yang sampe 200 tu gara-gara sering aku buka sendiri ya” ahahahaa.
Tapi akhirnya
niat itu muncul lagi. Kali ini dengan niat yang berbeda, aku nulis dengan
alasan permintaan kenalan baru waktu di Kamboja. Ini ceritanya.
Akhir bulan
November tahun lalu aku ngerencanain untuk cuti tahunan. Jatah cuti untuk tahun
2016 masih 6 hari dan harus diambil sebelum bulan Februari 2017. Kalo nggak diambil,
bakal hangus. Kan sayang banget. Jadi akhirnya aku mulai cari info kemana
liburan yang bisa dilakukan dengan libur 6 hari ditambah hari sabtu minggu.
Waktu itu
pikiranku hanya tertuju ke Indonesia timur. Antara Kepulauan Komodo dan Flores,
atau ke Raja Ampat. Dan setelah dipikir-pikir kisaran harga dan teman yang bisa
diajak, akhirnya keputusanku jatuh ke Kepulauan Komodo dan Flores. Estimasi
biayanya aku hitung plus tiket PP dll sekitar 7 - 8 juta.
Langkah
selanjutnya adalah cari temen jalan. Karena temen seunit nggak ada bisa diajak,
aku ajaklah mbak sepupuku. Tapi rencana ini langsung mentah setelah dia tau biaya
yang bisa sampai 8 juta. Padahal udah aku panas-panasin pake foto Pulau Padar,
Rinca, Wae Rebo, Kalimutu, tapi tetep aja dianya nggak mau. Sebenernya dia mau
sih kalo ke Kepulauan Komodo aja, karena biayanya mungkin antara 5 sampai 6
juta aja. Tapi kok aku ngerasanya sayang banget udah sampe sana tapi nggak
sekalian ke Waerebo dan Kalimutu. Akhirnya rencana inipun gagal.
Di pertengahan
Desember, mbak sepupuku dengan tiba-tiba ngeshare trip ke Bangkok-Pattaya selama
4 hari hanya dengan 2,9juta udah termasuk tiket PP dan hotel selama disana.
Dalam hati sih ok, tapi nanti itu habisnya bisa 4 juta juga sih. Soalnya kan
belom termasuk tiket bus ke Pattaya PP, transport lokal, makan, jajan, dan
oleh-oleh. Belom lagi kepikiran kalau ke Pattaya mau ngapain ya. Aku cek di
google kok wisatanya pantai-pantai doang gitu. Kalo pantai mah di Indonesia
banyak yang lebih bagus.
Dan cerita
ini benar-benar berubah drastis setelah ketemu dengan sebuah artikel yang
judulnya benar-benar bikin panas, “2,2juta bisa ke 3 negara”. Wooww kemana aja
nih kok murah banget. Ternyata artikel itu menceritakan tentang perjalanan seseorang
yang pergi melalui darat ke Bangkok, Kamboja, dan Vietnam. Biayanya keliatan
murah banget soalnya nggak termasuk tiket pesawat ke Jakartanya. Kalo
ditambahin sih bisa sekitar 4jutaan juga.
Waktu itu
sebenernya nggak begitu tertarik karena memang anti mainstream banget kan
perjalanannya. Tapi pas aku share ke mbak sepupuku, kok dia ternyata tertarik.
Entah emang pengen kesana atau pengen kemana aja terserah yang penting liburan,
buahahahaaa. Tapi semangatku belom juga muncul. Terbukti aku mulai respon lagi
tentang pembicaraan ini setelah hampir seminggu berlalu, itupun karena
diingatkan mbakku. Dari situlah nggak tau kenapa dan semangat dari mana, aku
langsung aja deh mulai research. Tiga hari kemudian, kerangka kotornya udah
jadi. Estimasi biaya totalnya sekitar 6 juta. Respon kami sama, kok jadi mahal
yaa, ahahahaa.
Beberapa hari
kemudian, pembicaraan kembali berlanjut. Butuh beberapa hari soalnya untuk
mikir apakah bener-bener mau jalan atau enggak. Kalo dibandingin dengan ke
Komodo yang dalam negeri, ini emang lebih murah. Dan kalo dibandingin dengan
trip yang Bangkok Pattaya juga lebih menarik karena cuma selisih 2 juta tapi
tempat yang didatengin lebih keren karena tiga Negara, harinyapun jauh lebih
lama. Dan akhirnya, waktu itu diakhir bulan Desember kami berdua sepakat memutuskan
untuk berangkat ke 3 negara itu di akhir bulan Januari. Bismillah.
Cari temen
lagi adalah langkah selanjutnya. Setelah iklan kanan kiri, dapatlah 2 tambahan
personil. Fix, kami berangkat berempat. Dengan diskusi panjang di group whatsapp
selama beberapa hari, akhirnya kami mulai beli tiket pesawat, bus antar kota,
hotel, dan cari info lainnya yang kira-kira dibutuhin. Percaya atau enggak,
kami baru selesai fix memesan semuanya di hari H-10 keberangkatan. Ahahahaa..
mepet banget sih. Makanya kena tiketnya lumayan mahal, sekitar 2,3juta untuk
PP. Itu termasuk biaya bagasi pesawat Air Asia yang kami terpaksa beli.
Nah berikut
ini ada beberapa saran dan info terkait dengan pesan memesan online perjalanan
ini sebelum keberangkatan. Untuk detail perjalanannya ditulis terpisah sendiri
aja ya, banyak banget soalnya.
Pesawat
Setelah aku
cari di google, ternyata udah banyak lho yang ngelakuin trip ini. Kebanyakan
dari mereka dari Vietnam, lanjut Kamboja dan berakhir di Thailand. Sebenarnya
ada beberapa orang melakukan perjalanan dengan cara terbalik, dari Thailand
dulu dan berakhir di Vietnam. Aku memutuskan untuk memilih cara yang digunain
kebanyakan orang. Mendarat di Ho Chi Minh City Vietnam, lanjut naek bus ke
Phnom Penh Kamboja, terus ke Siem Reap Kamboja, dan berakhir di Bangkok
Thailand. Harapanku sih biar nanti happy ending di Bangkok. Soalnya kan Bangkok
pasti yang paling maju diantara 3 negara itu, semoga aja jadi yang paling
nyaman.
Saran pertama
bagi yang mau jalan-jalan ke 3 negara ini adalah belilah tiket pesawat
jauh-jauh hari. Pastikan jam keberangkatan enak. Jangan terlalu pagi karena
bisa beresiko capek duluan, atau terlalu malem yang bisa bikin kesusahan nyari
transportasi saat sampai sana. Apalagi di Vietnam yang terkenal banyak penipuan
atau scam. Katanya sih kalo malem taksi nggak bakal mau pake argo dan masang
harga mahal. Itu karena kalo malam memang bus umum udah nggak ada.
Balik lagi ke
pesawat. Kalau beli tiket yang transit lebih baik yang 1 maskapai jadi bagasi
bisa langsung dioper antar pesawat mereka sendiri dan langsung kita ambil di negara
tujuan. Kalau beda maskapai bisa-bisa kita harus keluar imigrasi dulu untuk
ambil bagasi. Tentunya pilihan yang terakhir ini harus nyeper waktu yang
lumayan lama antar penerbangannya, minimal 4 jam lah. Itu buat jaga-jaga kalau
ada delay dari penerbangan yang pertama, proses imigrasi, ambil bagasi, checkin
lagi, imigrasi lagi.
Aku sih
kemaren naik Malindo Air yang transit di Malaysia. Tapi karena 1 maskapai, jadi
bagasiku langsung ketemu di Vietnam. Kesalahanku adalah milih penerbangan yang
selisih waktu tiba dan berangkat laginya terlalu mepet. Dari Jakarta jam 10
dengan jadwal mendarat jam 12 di Malaysia. Terbang lagi dari Malaysia jam 2,
jadi cuma selisih 2 jam. Ternyata itu kurang lama. Penerbangan dari Jakartanya
molor 1 jam! Akhirnya aku harus lari-lari pas sampai di bandara Malaysia.
Untungnya pas banget aku sampai 5 menit sebelum waktu boarding lounge dibuka.
Lumayan deg-degan, heheee. Aku kemarin mikirnya sih harusnya bakal ditunggu
karena kesalahan ada di mereka. Tapi kalau pun tetap ditinggal, nggak pa-pa lah
ketinggalnya di Malaysia inih, hehehee.
Untuk
penerbangan pulangnya kami naik Air Asia yang jam 21. Kami milih ini karena
memang jamnya yang lumayan malam tapi nggak terlalu malam. Jadi seharian kami
masih bisa jalan-jalan di Bangkok, dan pas sampai Jakartanya nggak sampai
kepagian. Ada sih yang lebih murah, Thai lion, tapi berangkat jam 19 yang
menurut kami terlalu cepet.
Bus Ho Chi Minh City - Phnom Penh
Lanjut,
sekarang bahas tentang pesen tiket bus antar negara. Yang pertama bus dari Ho
Chi Minh City Vietnam ke Phnom Penh Kamboja. Ada banyak bus yang melayani rute
ini. Yang paling mewah sih dapet info namanya Giant Ibis. Tapi harganya lumayan
mahal dan selisihnya lumayan jauh dengan yang lainnya.
Waktu itu
kami memilih untuk naik Mekong Express Limousine Bus. Jangan bayangin mobil
Limousine mewah gitu ya. Ini mah busnya jadul banget. Tapi masih layak lah
untuk jalan, masih bisa ngebut. Interiornya aja sih yang suram. Tapi itu semua
kembali sesuai dengan harga sih. Murah kok mau bagus, ahahahhaa. Harganya sih
kemarin kalo dirupiahin sekitar 180ribu. Dengan perjalanan seperti
Jakarta-Pekalongan sebenernya tergolong mahal kalo dibandingin di Indonesia.
Tapi aku sih mikirnya mungkin karena antar negara aja sih. Pas kami udah masuk
bus, didepan bus persis ada Van bagus dengan tulisan Mekong Express Limousine
juga. Vannya seukuran Elf gitu lah. Mungkin lebih mahal kali ya. Atau untuk
didalem kota kurang tau.
Trus kenapa
milih Mekong express? Jujur karena aku pernah baca disatu blog yang sering
jalan di rute ini bilang kalo bus ini pelayanannya paling bagus. Katanya bus
ini yang paling sering dipakai turis.
Dan kemaren
emang terbukti sih banyak turisnya. Untuk pelayanan ok lah. Dikasih roti, ada
wifinya yang lumayan lancar, guidenya baik, bisa lancar bahasa Inggris, pas
sampai Phnom Penh juga ditanyain nginep dimana jadi diturinannya yang
deket-deket penginepan.
Kelemahannya?
Menurutku sih ya cuma interiornya tadi. Satu lagi, kalo deket toiletnya bau.
Untung dudukku lumayan depan dan mbakku bawa masker banyak jadi aku bisa minta.
Kalo duduk dibelakang dan nggak pake masker yakin deh udah muntah, hehee.
Sebenernya
ada sih yang busnya lebih bagus dan harganya lebih murah, sekitar 140ribu.
Namanya Sapaco Tourist bus. Pas kemarin ketemu dijalan, kondisi busnya jauh
lebih baru. Tapi kata di blog yang tadi, bus ini terlalu ramai. Nggak tau deh
maksud dari ramai itu apa. Bisa jadi dilorong tengah diisi orang. Soalnya di
Mekong aja ada lho kursi lipat untuk duduk ditengah. Kursi lipatnya tu nempel
di kursi bus. Untungnya pas aku kemarin nggak ada yang dipakai soalnya emang
lumayan kosong karena hari senin.
Untuk
pesennya kami lewat web bus Mekong langsung. Soalnya paling murah kalo dibanding
web agen tiket seperti bookmebus. Dan sebenernya belom yakin tentang kevalidan
web agen tiket disana, hehee takut ketipu aja sih. Tapi ternyata pas beli untuk
bus dari Siem Reap ke Bangkok aman-aman aja kok.
Untuk jam
keberangkatan, kami memilih yang siang. Itu karena pertimbangan agar sampai
Phnom Penh masih bisa cari makan malem dan jalan-jalan bentar. Perjalanan kami
dari jam 1.30 siang sampai jam 7.30. Tepat waktu kok. Bahkan sebenernya bisa
lebih cepat kalo nggak kena macet karena perbaikan jalan sebelum masuk Phnom
Penh. Setauku, yang paling sore itu jam 15.30 dari Ho Chi Minh City. Itu karena
perbatasan kalo malem tutup. Jadi bus akan mulai berangkat lagi dini hari. Ada
sih Mekong Express yang sleeper bus. Berangkatnya jam 1 pagi dan harganya lebih
mahal. Aku sih tertarik untuk mencoba, tapi kok jamnya nggak oke gitu ya.
Dengan berangkat dini hari gitu kita harus nunggu dimana? Mau nggak mau kan
harus tetep nyewa hotel. Blom lagi harus nggak tidur sampai nunggu bus itu.
Blom lagi nanti sampai perbatasannya jam 4 pagi dan harus nunggu sampai
perbatasan buka jam 7 pagi. Kan kayaknya nggak nyaman banget. Mendingan kalo
mau ya yang pagi aja sekalian. Tapi harus bener-bener bangun tidurnya nggak boleh
kesiangan biar nggak ketinggalan.
Bus Phnom Penh - Seam Reap
Untuk rute Phnom Penh - Seam Reap kami kembali memilih Mekong Express
Limousine Bus. Pesennya lewat web bus Mekong langsung juga. Kalo mau naik yang
van atau bus lain cek aja di bookmebus banyak kok. Sebenernya ada bus yang jauh
lebih bagus di rute ini, PSD Xpress. Tapi karena kami low budget ya terima-terima
aja deh naik Mekong express lagi, hehee. Alhamdulilllah kali ini busnya jauh
lebih bagus. Nyaman banget lah pokoknya. Harganya sih masih mirip-mirip yang
kemaren, 165ribu.
Perjalanan
kali ini lebih menyenangkan karena bus yang lebih enak dan petugas bus yang
tingkahnya lucu. Mbak-mbaknya pemalu tapi baik banget. Dia sengaja ngasih roti
yang tanpa babi untuk wajah-wajah melayu. Hehee baik banget ya.
Untuk jam
kami memilih yang berangkat jam 14.30. Ini karena rencananya kami pengen
keliling Phnom Penh dulu paginya. Dan emang cukup sih walopun harus cepet-cepet
di setiap tempat wisatanya. Kami cuma nggak sempet ke killing field aja. Yang
city tour kami datangi dan masukin semua.
Jadwal sampai
di Seam reap adalah jam 8.30 malam. Alhamdulillah kami sampai lebih cepet. Jam
8 pas. Jadi kami masih bisa cari makan malam halal di area deket pub street.
Kelemahannya?
Hmmm menurutku sih nggak ada. Toiletnya nggak bau sama sekali. Wifi juga
lancar. Cuma gara-gara sampingan sama bule yang badannya guide, aku duduknya ¾
kursi aja. Hehehee tapi nggak pa-palah masih bisa tidur nyenyak. Pokoknya
lumayan nyaman lah.
Bus Seam Reap - Bangkok
Sepengetahuan
kami, hanya bus Nattakan yang mempunyai ijin nyebrang Negara antara Kamboja dan
Thailand. Selain Nattakan, bus lain harus berhenti di perbatasan jadi kita
harus cari bus lain untuk menuju ke Bangkok. Koreksi ya kalo memang salah. Tapi
karena dapetnya info seperti itu, akhirnya kami memesan Nattakan bus. Kalo
harus ganti bus katanya harus nunggu bus penuh. Ada juga yang dapetnya van dan
duduk dikursi cadangan. Kan ga enak banget kalo gitu. Padahal jaraknya lumayan
jauh.
Secara harga
sebenernya lumayan mahal. Kalo yang nyambung ganti bus bisa abis 18-20 usd.
Kalo kami kena 28 usd atau kalo dirupiahin waktu itu 400ribu pas. Aku sih
nganggepnya harga lebih itu sebanding dengan ketenangan karena ada kepastian.
Kami memesan
Nattakan lewat web agen Bookmebus. Untuk waktu keberangkatan hanya ada 2
pilihan, jam 8 atau 9 pagi. Jadi emang lumayan harus bangun pagi dan langsung
beres-beres untuk berangkat. Jadwal sampai Bangkok sih ditulis jam 8 malem
untuk yang berangkat jam 8 pagi. Ini tergantung kemacetan jalan dan lama antri
proses imigrasi yang bisa berjam-jam. Alhamdulillah kemaren nggak ketemu macet
dan antri imigrasinya 1 jam aja, jadi sebelum jam 5 sore udah sampe Bangkok.
Busnya
sendiri bagus banget. Udah modern lah. Soalnya ini bus yang sebenernya digunain
di Bangkok. Itu bisa dilihat dari strir supirnya yang ada di sebelah kanan.
Kalo di Kamboja kan di sebelah kiri. Wifi lumayan lancar. Ada tempat untuk
sandaran kaki juga. Positifnya lagi adalah dikasih makan siang! lumayan kan
hehee. Aku tanya sih katanya nasi gorengnya cuma pake telor. Jadi ya bismillah
aja dalam sekejap langsung abis, ahahhaa.
Hotel
Ini mah ga
usah di kasih info juga udah pada tau ya. Kami 100% mengandalkan web agoda.
Kami tentukan harga maksimalnya, daerah yang dekat dengan peradaban, dan cari
nilai review yang bagus misalnya diatas 8. Dari situ bakal nemu beberapa
penginepan. Tinggal pilih deh.
Yang perlu
diperhatikan adalah comment dari para pengguna terdahulu. Cek semua comment
yang memberi nilai dibawah 7. Jika alasan mereka memberi nilai jelek masih bisa
kita terima, pilih aja.
Kami kemarin
memesan hotel semua dibawah 300ribu. Banyak sih comment jeleknya, tapi
ditimbang-timbang aja mana yang paling bagus. Aku sih masih memaklumi kalo
comment jeleknya gara-gara banyak nyamuknya, atau lama nunggu pas check in,
atau bahkan karena lantai kamar mandinya kotor ada rambut tamu sebelumnya.
Menurutku sih ada yang lebih penting dari itu misal lokasi dan tampilan kamar
yang baru atau jadul. Lokasi menurut jadi salah satu alasan utama memilih
karena memang percuma kalo bagus tapi jauh banget. Kita bakal banyak ngebuang
biaya untuk transport kesana.
Di Ho Chi
Minh City kemaren kami memilih hotel di Distrik 1. Pokoknya yang masih ga
terlalu jauh dari Ben Thanh Market dan Jalan Pham Ngu Lao. Kami menginap di
hotel Blue River 2 di jalan Ki Con. Harganya 202ribu aja. Kondisi hotelnya
bersih, ada liftnya, kamarnya nyaman banget, dapet sarapan yang lumayan (milih
mie instan ato 2 telur dadar plus roti guede banget), mbak pemiliknya ramah
banget dan jago bahasa inggris. Lokasinya lumayan jauh sih dari Ben Than Market
dan Jalan Pham Ngu Lao, 1km dari Ben Thanh. Tapi jalan masih ga bikin pingsan
kok, hehee. Lokasi rada jauh dari keramaian, ada diujung gang kecil sekitar
30meteran, tapi aku sih ngerasanya malah enak bisa kayak membaur dengan penduduk
asli.
Di Phnom Penh
kami menginap di The Bright Lotus Guesthouse. Deket banget dengan The Royal
Palace dan National Museum, ga sampe 500 meter. Mau ke pinggir sungai juga
deket. Dan yang paling penting adalah deket banget sama Warung Bali, tempat makan
yang dimiliki orang Karawang dan Cilacap. Makanannya halal dan enak.
Penginepannya sebenernya lumayan susah dicari karena pintu masuknya kecil
banget disamping restaurant hotelnya. Kelemahannya menurutku adalah nggak ada
lift jadi kalo dapet di lantai 4 ya lumayan. Satu lagi kelemahannya, bantalnya
keras. Tapi karena harganya cuma 196ribu aja dan lokasinya yang menurutku
sempurna jadi ya tertutupi lah kelemahannya.
Yang zonk
sebenernya kami dapetin di Siem Reap. Kami memilih Siem Reap Green Home Guesthouse
karena harganya yang murah buanget dan gratis sepeda untuk digunain keliling
kota. Harganya cuma 160ribu, murah banget kan klo dibagi dua aja cuma bayar
80ribu per orang. Zonknya adalah kamarnya guedeeee buangeeettt. Dari sini aku
baru ngerasa kalo gede itu bukan berarti enak. Jadi kamarnya tu ada ruang
tidur, ada ruang TVnya, ada ruangan kosongnya, ada kanopinya. Tapi suasananya
tu redup, ditambah lagi pajangan foto-foto hitam putih yang bikin suasana makin
ga enak. Akhirnya aku nekat aja mindahin TV semejanya ke dalam kamar, biar
menolong suasananya hehee. Tapi enak sih punya pengalaman naik sepeda di sana.
Hotel
terakhir kami adalah Erawan House di jalan Phra Artid deket Khaosan Bangkok.
Harganya 270ribu. Suka banget dengan suasananya yang di gang kecil tapi ramai
karena emang area turis. Jalan ke Khaosan road deket banget. Ada masjid juga
dideketnya, jadi nyari makanan halal gampang. Akses ke jalan gede atau mau ke
dermaga deket banget. Kelemahannya sih menurutku karena ga ada lift. Kamaren
dapet kamar yang paling atas di lantai 5 ya lumayan pegel, ahahahaa. Tapi
kondisi hotel dan kamarnya nyaman banget kok. Bersih, pencahayaan bagus, kasur
empuk, pokoknya enak banget lah.
Tuk-Tuk
Ini yang
menurutku juga harus dipesen sebelum berangkat, tuk-tuk untuk di Siem Reap. Ini
karena kami sampai Siem Reapnya udah malem dan besok subuhnya harus berangkat
ke Angkor Wat. Setelah nyari-nyari info di blog, dapatlah info ada driver
tuk-tuk yang bisa bahasa melayu. Ini menurutku bakal lebih enak karena bahasa
kadang jadi kendala kalo mereka nggak bisa bahasa inggris lancar, kayak kami,
ahahahaa.
Namanya bang
Usman. Ternyata dia orang Kamboja asli. Tapi karena pernah kerja di Malaysia
selama 15 tahun jadi ya bisa lancar bahasa melayu. Walopun kadang bingung
karena emang beda dengan bahasa Indonesia, tapi tetep bisa nyambung lah. Bang
Usman ini orangnya baik banget. Sepanjang perjalanan tanpa disuruh langsung
nyeritain apa-apa yang dia tau tentang Angkor Wat. Kalo ditanya dia nggak tau
dia bakal jawab “wallahua’alam kalo itu”. Hehehee emang islami sih dia. Dibawah
tempat duduknya aja dia nyimpen sajadah.
Baiknya lagi
dia ngasih minum gratis untuk kami selama diperjalanan. Kami juga dianter ke
tempat makan halal selama di Seam Reap dengan tempat yang berbeda-beda terus.
Disuruh nyoba makanan khas sana yang halal juga. Dan yang terakhir adalah dia
ngasih tau kios di night maret yang penjualnya muslim dan mau ngasih murah.
Emang beneran murah banget pas belanja disana jika dibandingin di kios lainnya.
Kemaren kami
deal dengannya diharga usd 20. Biasanya sih harganya emang antara usd 15-20.
Tapi karena kami pesennya seharian dari sebelum subuh sampai sunsetan di Angkor
Wat, abis itu dianter makan malem, dan sampai ditungguin belanja sampe malem
banget, jadi ya akhirnya usd 20.
Dan inilah
alasanku sebenernya kenapa nulis blog lagi. Saat mengantar kami ke pool
Nattakan bus untuk pergi ke Bangkok, pesan bang Usman kalo bisa mengiklankan
dirinya ke temen-temen yang mau ke Kamboja. Naah jadilah aku nulis nih. Bagi
yang mau menghubungi nomer telpon dan whatsappnya ini ya (+855967069535).
Uang
Info tambahan tentang uang yang digunain
disana. Yang jelas hitung benar kebutuhan disana termausk estimasi harga makan,
taksi, dan oleh-oleh, jadi nggak terlalu banyak uang yang tersisa.
Untuk Vietnam, aku saranin nggak usah nuker Dong
di Indonesia. Soalnya nilainya jelek banget. Mending bawa USD aja dari
Indonesia. Nanti sampai sana tuker secukupnya di Bandara untuk beli sim card
dan biaya taksi atau bus. Beli sim card pun bisa pake dollar. Walopun nilai
dibandara lebih jelek jika dibandingin di kotanya, tapi masih mendingan lah dari
pada nuker di Indonesia. Pas di kota, banyak banget tempat penukaran uang. Di
Ben Thanh market juga ada.
Untuk di Kamboja, uang yang digunain USD
terus. Jarang banget pake Riel mata uang asli mereka. Tapi kadang bakal dapet
juga sih misal pas beli sesuatu trus kembaliannya riel.
Untuk di Bangkok, uang yang digunain Bath.
Saranku sih tuker aja rupiah langsung ke Bath di Indonesia. Harganya lumayan
normal kok. Nggak tau sih selisihnya kalo nuker disana. Tapi aku sih mikirnya
dari pada ribet nyari lagi disana mending dituntasin di Indonesia aja. Unik
kemaren nemu penjual souvenir di Wat Arun yang bisa bahasa melayu campur Indonesia
mereka menawarkan harga yang lebih murah kalo belinya pake Rupiah. Hehehee lucu
juga ya.
Sim
Card
Ini pembahasan terakhir untuk kali ini. Kemaren
sebenernya yang bingung cuma di Vietnam. Itu karena aku pake XL pass dimana
kuota yang ada di hp dari Indonesia bisa langsung digunain normal di
negera-negara yang ada kerjasamanya termasuk Kamboja dan Thailand. Sayangnya di
Vietnam nggak ada kerja sama. Jadilah kami harus beli sim card di Vietnam.
Harganya sih macem-macem. Ada yang cuma 7 USD, ada juga yang sampai 13 USD. Karena
kami nggak nyari info tentang ini, jadilah kami beli merk Viettel. Nggak tau
sih ini yang paling bagus atau enggak, tapi pengalaman kami make kemarin sih
lancar banget. Padahal kami share untuk 4 orang dengan tathering. Pokonya kami
beli yang untuk 3 hari unlimited.
Untuk di Kamboja dan Thailand kami aman
dengan XL pass. Aku pesen yang untuk 7 hari dengan harga 200ribu. Ini bisa
digunain selama trasnsit di Malaysia, Kamboja, dan Thailand. Untuk tathering 4
orang juga lancar aja. Yang jelas hpnya
harus yang bisa 4G.
Itu aja info tentang persiapan perjalanan ke
Vietnam - Kamboja - Thailand yang kemaren aku lalui. Untuk detail info
perjalanannya disana, tunggu aja ya. Assalamualaikum.