Selasa, 03 Maret 2015

MEDAN beragam (SUMATERA UTARA)

Ini adalah kunjunganku yang kesekian kalinya ke kota Medan. Selama ini kalau ke kota ini pasti cuma mampir kerja, makan, trus langsung pulang. Padahal kalau dipelajari, ternyata banyak banget lhoh tempat wisata yang bisa dikunjungin kalau kita ke kota Medan. Baik di tengah kotanya, tempat wisata disekitaran Medan, bahkan kalau mau bisa juga ke Sabang Aceh. Itu karena sekarang udah ada penerbangan langsung ke pulau weh dari Bandara Kualanamu Medan. Kalau mau ngeluarin uang yang lumayan, bisa juga terbang ke Sibolga dan menikmati pulau Mursala. Atau ke luar negeri yang emang deket banget dengan Medan kayak ke Kuala Lumpur atau Phuket.

Bandara Kualanamu ada di daerah Lupuk Pakam. Sekitar 1 jam perjalanan darat untuk sampai ke pusat kota Medan. Kalau mau cepet, bisa naik kereta dari Bandara langsung ke stasiun kota Medan. Lama perjalanannya cuma sekitar 30 menit aja.

Di pusat kota Medan, ada beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi. Ada Istana Maimun, Rumah Tjong A Fie, Masjid Raya Medan, Graha Santa Maria Annai Velangkanni, Kampung Keling, dan Rahmat International Wildlife Museum. Kebanyakan tempat-tempat wisata itu buka jam 9 pagi sampai jam 5 sore kecuali Masjid Raya Medan dan Graha Santa Maria Annai Velangkanni karena tempat ibadah.

Untuk disekitaran kota Medan, kita bisa ke danau Toba, pulau Samosir, air terjun Sipiso Piso, taman alam lumbini Berastagi, bukit kubu Berastagi, Hillpark Sibolangit, air terjun telaga dwi warna Sibolangit, gunung Sibayak, dan banyak lagi.


Perjalananku ke Medan kali ini lagi-lagi disponsori oleh perjalanan dinas dari kantor. Yang spesial, kali ini perjalanan dinasnya selama 5 hari! Padahal biasanya juga cuma 2 hari 1 malem. Karena itulah kali ini aku benar-benar nawaitu untuk menjelajah.

 

Dan penjelajahanku aku mulai dari dalam kota, Masjid raya Medan. Masjid dengan nama lain Masjid Raya Al Mashun ini ada di tengah-tangah kota Medan. Bentuk arsitektur bangunannya megah. Interiornya juga dipenuhi gambar kaligrafi dan motif klasik. Sayangnya kondisinya kurang terawat. Tapi tetap saja tempat ini wajib untuk dikunjungi.







Tujuanku selanjutnya adalah Istana Maimun. Jaraknya dari Masjid Raya Medan hanya sekitar 300 m. Istana Maimun adalah istana Kesultanan Deli yang dibangun tahun 1988 pada masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyahyang merupakan putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.

 

Yang menarik sebenarnya adalah kisah meriam puntung yang sekarang dipajang didepan Istana Maimun. Jaman dulu di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian, karena tubuhnya memancarkan warna hijau. Ia memiliki dua orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Yasid dan Mambang Khayali. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, meriam ini kemudian meledak dan terpecah menjadi dua. Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe. Sedangkan bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun. Yaa namanya juga legenda, boleh percaya atau tidak. Tapi untuk Putri Hijau sendiri sekarang dijadikan salah satu nama jalan di kota Medan.





 

Nggak jauh dari Istana Maimun, ada Tjong A Fie Mansion. Tjong A Fie adalah pengusaha dari Tiongkok yang sukses dalam bisnis perkebunan di Sumatera yang juga sangat berjasa dalam membangun kota Medan. Beberapa jasanya dalam mengembangkan kota Medan antara lain menyumbangkan menara lonceng untuk gedung balai kota Medan yang lama, pembangunan Istana Maimun, gereja Uskup Agung Sugiopranoto, kuil Buddha si Brayan, kuil Hindu untuk warga India, Batavia bank, Deli bank, jembatan kebajikan di Jalan Zainul Arifin serta mendirikan rumah sakit Tionghoa pertama di Medan bernama Tjie on Jie Jan. Dia dikenal juga sebagai pelopor industri perkebunan dan transportasi kereta api pertama di Sumatera Utara, yaitu kereta api Deli (DSM) yang menghubungkan kota Medan dengan pelabuhan Belawan. Buanyak kaan jasanya. Pantes aja kalau sosok Tjong A Fie sampai sekarang masih sangat dihormati di kota Medan.







Setelah mengunjungi masjid, peninggalan kerajaan melayu, dan rumah orang Tiongkok, keberagaman Medan makin terasa dengan mengunjungi kuil Hindu tertua yang ada di Medan, Kuil Sri Mariamman. Tempatnya ada di Kampung Keling di tengah-tengah kota Medan. Kawasan ini merupakan pusat komunitas keturunan India yang ada di Medan. Bagi yang mau masuk ke kuilnya nggak masalah asal memakai pakaian sopan dan tidak berisik. Ini karena kuil ini masih aktif menjadi tempat ibadah.




 

Tempat terakhir yang aku kunjungi di dalam kota Medan adalah tempat ibadah untuk penganut agama katolik, Graha Santa Maria Annai Velangkanni. Uniknya gereja ini berbentuk seperti kuil. Ini karena kebanyakan jamaahnya penganut katolik keturunan India. Letaknya sedikit ada diluar kota Medan. Yang mau pergi kea rah Berastagi bisa mampir ditempat ini karena searah.


 

Untuk kulinerannya jangan ditanya, Medan udah terkenal banget punya banyak tempat makan enak. Paling enggak sih harus ke Merdeka walk, Tip Top restaurant, dan durian Ucok.



 

Semua tempat tadi gampang kok kalau kita pakai kendaraan probadi. Kalau nggak pakai kendaraan sendiri tenang aja, transportasi umumnya lumayan enak kok untuk menjelajah kota Medan. Hampir tiap menit ada aja bentor yang lewat. Kendaraan khas Medan ini bisa mengantarkan kita kemana saja kita mau.


Kesimpulannya, Medan emang beragam!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar